Claim Missing Document
Check
Articles

Found 33 Documents
Search
Journal : Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Seni, Drama, Tari

MAKNA DAN NILAI SYAIR TRADISI PEUAYÔN ANEUK DI GAMPÔNG LHOK DALAM DUSUN PEUTUA CUT KECAMATAN PEUREULAK KABUPATEN ACEH TIMUR Mirza Fahmi; Ismawan Ismawan; Cut Zuriana
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Seni, Drama, Tari & Musik Vol 1, No 1 (2016): FEBRUARI 2016
Publisher : Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Seni, Drama, Tari & Musik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (369.668 KB)

Abstract

ABSTRAKPenelitian ini berjudul “Makna dan Nilai Syair Peuayôn Aneuk di Gampong Lhok Dalam Kecamatan Peureulak Kabupaten Aceh Timur”. Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan makna dan nilai syair peuayôn aneuk di gampong Lhok Dalam. Penelitian ini dilakukan di gampong Lhok Dalam Kecamatan Peureulak. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif dengan jenis pendekatan deskriptif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik observasi, wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis data dilakukan dengan mereduksi, menyajikan (men-display), dan verifikasi data. Hasil penelitian ini  menunjukkan makna dan nilai syair peuayôn aneuk di gampong Lhok Dalam melalui beberapa langkah yaitu dengan mengunjungi rumah masyarakat, mendokumentasikan data, mengamati penyajian peuayôn aneuk yang memiliki makna tersurat dan tersirat. Makna tersurat yakni adanya pengakuan tentang keesaan Allah, seruan berbuat kebajikan terutama kepada Allah, kepada kedua orang tua, serta bersyukur atas apa yang telah dikaruniakan oleh Allah SWT sedangkan makna tersirat adalah kewajiban bersyahadat dua kalimat syahadat, menuruti nesahat orang tua dan mensyukuri yang telah ditetapkan oleh Allah, pengakuan adanya hari penghakiman di akhirat, Jika tidak dapat kita ucapkan melalui lidah maka kita wajib menyebut nama Allah di dalam hati dan makna yang menganjurkan supaya anak cepatlah tidur, sebab ibu akan melakukan shalat untuk menyembah Allah dan jika kelak anak telah dewasa maka diwajibkan juga kepadanya untuk menyembah Allah subhanahuwata`ala. Selanjutnya nilai yang terkandung adalah nilai pendidikan, nilai agama, nilai seni dan nilai solidaritas.Kata Kunci: Makna dan nilai, Syair, peuayôn aneuk di gampong Lhok Dalam Kecamatan    Peureulak
DINAMIKA DAN SEMIOTIKA KESENIAN RAPA’I PULOET GEURIMPHENG DI KECAMATAN KUTA BLANG KABUPATEN BIREUEN Ali Mursalan; Ari Palawi; Cut Zuriana
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Seni, Drama, Tari & Musik Vol 3, No 4 (2018): NOVEMBER
Publisher : Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Seni, Drama, Tari & Musik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini berjudul “Dinamika dan Senimotika Rapa’i Puloet Geurimpheng di Kecamatan Kuta Blang Kabupaten Bireuen”. Masalah penelitian ini adalah sejauh mana keberadaan musik tradisional Rapa’i Puloet Geurimpheng dalam keseharian masyarakat di Kecamatan Kuta Blang Kabupaten Bireuen dan makna syair Rapa’i Puloet Geurimpheng. Tujuan Penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan sejauh mana keberadaan musik tradisional Rapa’i Puloet Geurimpheng dalam keseharian masyarakat di Kecamatan Kuta Blang Kabupaten Bireuen dan makna syair Rapa’i Puloet Geurimpheng. Pendekatan yang digunakan adalah menggunakan pendekatan kualitatif, sedangkan jenis penelitian ini menggunakan jenis deskriptif. Sumber data dalam penelitian adalah pencipta, penerus generasi ke-3, pelatih, penari, pemusik Rapa’i Puloet Geurimpheng sanggar Jeumpa Puteh desa Blang Mee serta masyarakat Kecamatan Kuta Blang Kabupaten Bireuen. Teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara, dokumentasi dan angket. Teknik analisis data melalui reduksi data, display data dan verifikasi data. Hasil menunjukkan bahwa dalam keseharian masyarakat, Rapa’i Puloet Geurimpheng memiliki 7 babak yang menggunakan syair yaitu saleum syech, saleum aneuk syahi, cakrum, tingkah rapa’i, saman, kisah dan gambus/lanie. Keaslian dari Rapa’i Puloet Geurimpheng masih terjaga hingga sekarang, Rapa’i ini hanya ada di desa Blang Mee di sanggar Jeumpa Puteh dan rata-rata masyarakat mengetahui tentang Rapa’i Puloet Geurimpheng dan ikut ambil andil dalam melestarikan dan mengembangkannya, ditandai dengan adanya penampilan yang sering dipentaskan di acara pernikahan maupun event-event lainnya. Syair yang digunakan dalam bentuk bahasa Aceh yang berisi tentang nasehat, mengisahkan tentang kisah sejarah masa lalu, perintah dan ajaran kebaikan serta syair yang berupa teka-teki. Di dalam syairnya juga terdapat syair terikat dan syair bebas.Kata kunci: dinamika, semiotika, Rapa’i Puloet Geurimpheng
KERAJINAN AKAR BAHAR DI DESA PULAU BALAI KECAMATAN PULAU BANYAK Ridha Maghfirah; Ismawan Ismawan; Cut Zuriana
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Seni, Drama, Tari & Musik Vol 5, No 2 (2020): MEI
Publisher : Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Seni, Drama, Tari & Musik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini berjudul “Kerajinan Akar Bahar di Desa Pulau Balai Kecamatan Pulau Banyak Kabupaten Aceh Singkil”. Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah proses pembuatan kerajinan akar bahar dan bagaimana perkembangan bentuk dan fungsi kerajinan akar bahar di desa Pulau Balai Kecamatan Pulau Banyak Kabupaten Aceh Singkil. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui dan mendeskripsikan proses pembuatan kerajinan akar bahar dan untuk mengetahui dan mendeskripsikan bagaimana perkembangan bentuk dan fungsi kerajinan akar bahar di desa Pulau Balai Kecamatan Pulau Banyak Kabupaten Aceh Singkil. Pendekatan yang digunakan pendekatan kualitatif dengan jenis pendekatan deskriptif. Lokasi penelitian ini dilakukan di Desa Pulau Balai Kecamatan Pulau Banyak Kabupaten Aceh singkil, subjek penelitian pengrajin akar bahar dan objek penelitian adalah proses, bentuk, manfaat dan fungsi kerajinan akar bahar. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teknik analisis data dilakukan dengan data reduction, data display dan kesimpulan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pembuatan kerajinan Akar Bahar meliputi beberapa tahapan yaitu: pengelolaan bahan, proses pembuatan bahan, finising.  Adapun jenis kerajinan yang dihasilkan meliputi, gelang akar bahar, cincin akar bahar dan bunga akar bahar. Kata Kunci: Akar Bahar, Kerajinan Akar Bahar, Proses Pembuatan
BENTUK PENYAJIAN TARI MALIKUSSALEH PADA SANGGAR SENI AL-IKHLAS KABUPATEN ACEH UTARA Rifkah Amalia; Cut Zuriana; Ramdiana Ramdiana
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Seni, Drama, Tari & Musik Vol 4, No 4 (2019): NOVEMBER
Publisher : Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Seni, Drama, Tari & Musik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan Bentuk Penyajian Tari Malikussaleh pada Sanggar Seni Al-Ikhlas Desa Paloh Lada Kecamatan Dewantara Kabupaten Aceh Utara. Latar belakang penelitian ini adalah Tari Malikussaleh masih kurang dikenal oleh masyarakat setempat, selain itu karena bukti fisik seperti foto dan video tentang Tari Malikussaleh tidak banyak karena pernah terjadi kebakaran di sanggar Seni Al-Ikhlas. Metode Penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif.  Objek penelitian ini adalah Tari Malikussaleh yang berasal dari Sanggar Seni Al-Ikhlas Kabupaten Aceh Utara. Penelitian ini difokuskan pada bentuk penyajian Tari Malikussaleh. Subjek dalam penelitian ini ialah pencipta Tari Malikusslah yaitu, Tarmizi yang sekaligus pengurus sanggar, dan para penari Reza, Sarah, dan lain-lain. Data penelitian ini diperoleh melalui observasi, wawancara mendalam, dan studi dokumentasi. Data dianalisis dengan reduksi data, penyajian data, dan verifikasi dan penarika kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Tari Malikussaleh termasuk tari kreasi yang menjadi tarian yang berfungsi sebagai hiburan bagi masyarakat setempat maupun luar daerah.Tari Malikussaleh terdiri dari 38 ragam gerak dan 21 ragam pola lantai. Tari Malikussaleh disajikan dengan penyajian yang terdiri dari: 1) iringan tari menggunakan rapa’i, gitar gambus, kendang, biola juga puisi dan syair, 2) lirik dari puisi dan syair berisi tentang gambaran Sultan Malikussaleh 3) kostum dari tari ini, penari wanita menggunakan celana dan baju motif Aceh, songket, dan tali pinggang, sedangkan penari pria menggunakan jubah arab polos, celana panjang hitam polos, dan sorban arab polos, 4) riasan yang digunakan untuk penari wanita adalah rias cantik dan penari pria tidak menggunakan riasan apa-apa, 5) panggung pertunjukannya adalah panggung proscenium, dan 6) properti yang digunakan adalah payung dan rencong.
BENTUK PENYAJIAN TARI OTEH RODA DI DESA KEBET KECAMATAN BEBESEN KABUPATEN ACEH TENGAH Elya Zuhrah; Rida Safuan Selian; Cut Zuriana
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Seni, Drama, Tari & Musik Vol 2, No 4 (2017): NOVEMBER
Publisher : Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Seni, Drama, Tari & Musik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1537.187 KB)

Abstract

Penelitian ini berjudul Bentuk Penyajian Tari Oteh Roda di Desa Kebet Kecamatan Bebesen Kabupaten Aceh Tengah. Masalah penelitian ini adalah bagaimanakah  Bentuk Penyajian Tari Oteh Roda yang meliputi bentuk gerak, pola lantai, tata busana, tata rias, pantas, properti dan syair tari Oteh Roda di Desa Kebet Kecamatan Bebesen Kabupaten Aceh Tengah. Data bersumber dari Ibrahim Syah selaku pakar budayawan yang berasal dari Gayo dan pencipta tari Oteh Roda. Pendekatan penelitian adalah kualitatif dan jenis penelitian deskriptif. Teknik pengumpulan data digunakan dengan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teknik analisis data dalam penelitian ini, yaitu mereduksi data, penyajian data, dan verifikasi data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Tari Oteh Roda diciptakan oleh Ibrahim Syah pada tahun 1960. Oteh itu sendiri memiliki arti panggilan atau sebutan anak gadis dan Roda adalah kincir air. “Oteh Roda” adalah anak gadis yang sedang menumbuk padi di Roda atau kincir air. Tari Oteh Roda ditarikan oleh 6 penari wanita dan fungsi tari Oteh Roda sebagai sarana hiburan yang mencerminkan aktivitas sehari-hari anak gadis pada musim panen, dengan melakukan kegiatan menumbuk padi sehingga menjadi beras. Kata Kunci: bentuk penyajian, tari Oteh Roda.
MOTIF UNTUK PUKULAN RAPA’I PASEE PADA PERTUNJUKAN UROEH DI DESA GLUMPANG VII KECAMATAN MATANGKULI KABUPATEN ACEH UTARA Cut Amarlia; Aida Fitri; Cut Zuriana
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Seni, Drama, Tari & Musik Vol 4, No 1 (2019): FEBRUARI
Publisher : Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Seni, Drama, Tari & Musik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian berjudul Motif untuk pukulan Rapa’i Pasee pada pertunjukan Uroeh di Desa Glumpang VII Kecamatan Matangkuli Kabupaten Aceh Utara. Mengangkat masalah (1) Bagaimana motif untuk pukulan Rapa’i Pasee pada pertunjukan Uroeh dan aturan-aturan yang terkandung pada pertunjukan Uroeh. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan motif untuk pukulan Rapa’i Pasee dan aturan-aturan pada pertunjukan Uroeh di Desa Glumpang VII Kecamatan Matangkuli Kabupaten Aceh Utara. Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Jenis penelitian deskriptif. Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah observasi, wawancara dan dokumentasi. Kemudian menganalisis data dengan reduksi data, penyajian data dan verifikasi data. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa dalam penyajian pertunjukan Uroeh Rapa’i Pasee terdapat motif pukulan yang berbeda diantara motif satu dan lainnya yang disebut dengan istilah lagu (gaya) yang terdiri dari lagu sa, lagu dua, lagu lhee, lagu limong, laagu tujoh, lagu sikureung dan lagu duablah. Motif pukulan (lagu) juga dapat divariasikan dan dikembangkan oleh syeh (petua) yang konteksnya lebih bersifat hiburan atau untuk menambah variasi lagu-lagu yang dibawakan pada saat pertunjukan Uroeh seperti pukulan ekstra (hot) yang ikuti oleh awak rapa’i dan dimainkan secara berulang-ulang oleh para awak rapa’i dalam jangka waktu yang lama menurut kesepakatan yang telah dibuat bersama diantara dua kelompok (kuru). Dalam pertunjukan Uroeh Rapa’i Pasee ada 10 turan-aturan yang ditetapkan pada pertunjukan Uroeh merupakan kesepakatan diantara kedua kelompok (kuru) sebelum pertunjukan berlangsung atau pada saat proses latihan.Kata Kunci: motif Rapa’i Pasee, Uroeh dan Kuru.
PERTUNJUKAN RAPA¬’I BUBÈE DI KABUPATEN PIDIE JAYA Nurul Afni; Cut Zuriana; Samsuri Samsuri
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Seni, Drama, Tari & Musik Vol 4, No 2 (2019): MEI
Publisher : Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Seni, Drama, Tari & Musik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian berjudul “Pertunjukan Rapa-i Bubèe di Kabupaten Pidie Jaya”. Mengangkat masalah tentang sejarah Rapa-i Bubèe dan bentuk pertunjukan Rapa-i Bubèe. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan sejarah Rapa-i Bubèe dan bentuk pertunjukan Rapa-i Bubèe. Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah observasi, wawancara dan dokumentasi. Analisis data dengan reduksi data, penyajian data dan verifikasi data. Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa Rapa-i Bubèe adalah kesenian tradisi yang berasal dari Gampong Mee Pangwa kecamatan Trienggadeng kabupaten Pidie Jaya yang telah ada sekitar 150 tahun yang lalu oleh almarhum Abu Mukim. Rapa-i Bubèe diangkat dari aktivitas masyarakat menggunakan Rapa-i baik pada acara pelepasan nazar, acara sunatan, dan acara perkawinan. Dalam penyajian pertunjukan Rapa-i Bubèe dimainkan dengan jumlah minimal 13 orang dan maksimal 21 orang. Pemain terdiri dari 14 penabuh Rapa-i, 1 orang khalifah, 1 orang Syeh dan 2 hingga 5 orang pemain Bubèe. Pertunjukan Rapa-i Bubèe terdiri dari tiga tahap yaitu lagè, Bala Pari dan Tingkah Lhèe. Gerakan pada pertunjukan Rapa-i Bubèe adalah gerakan bebas yang tidak berpaku pada hitungan. Pertunjukan ini diiringi dengan syair bahasa Aceh dan alat musik Rapa-i. Busana dibedakan antara khalifah, pemain Rapa-i dan pemain Bubèe terdiri dari baju kemeja Aceh, celana panjang dan peci. Rapa-i Bubèe ditampilkan pada acara perkawinan, 17 Agustus tingkat kecamatan sebagai hiburan dan penampilan pada acara kesenian sebagai persembahan dari kabupaten Pidie Jaya yang dipentaskan di luar atau di dalam gedung.Kata Kunci: sejarah, bentuk, pertunjukan, Rapa-i Bubèe
BENTUK PENYAJIAN TARI LINGGANG MEUGANTOE DI SANGGAR RAMPOE BANDA ACEH Janurul Aina; Taat Kurnita; Cut Zuriana
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Seni, Drama, Tari & Musik Vol 2, No 2 (2017): MEI
Publisher : Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Seni, Drama, Tari & Musik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (410.097 KB)

Abstract

ABSTRAK             Penelitian ini berjudul “Bentuk Penyajian Tari Linggang Meugantoe di Sanggar Rampoe Banda Aceh”.Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk penyajian tari Linggang Meugantoe.Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif dan jenis penelitian deskriptif.Subjek dalam penelitian ini adalah ketua sanggar, koreografer dan penari di sanggar Rampoe Banda Aceh sedangkan yang menjadi objek penelitian ini adalah tari Linggang Meugantoe di sanggar Rampoe Banda Aceh.Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu teknik observasi, wawancara dan dokumentasi.Sedangkan teknik analisis data dengan reduksi, penyajian dan verifikasi data.Lokasi penelitian yaitu di Sanggar Rampoe Banda Aceh.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tari Linggang Meugantoe adalah sebuah tari kreasi yang diciptakan pada tahun 2010.Tari ini diciptakan oleh seorang koreografer bernama Andhika Ujung dalam rangka untuk mengikuti sebuah festival tari kreasi. Dalam kata lain, tari ini dibuat untuk penampilan hiburan. Jumlah penari dalam tari ini yaitu 6 penari perempuan atau disesuaikan dengan keadaan panggung, namun penari pokoknya yaitu 6 penari.Gerakan-gerakan yang terdapat pada tari ini berjumlah 37 gerak yang berangkat dari beberapa gerak tradisional Aceh dan gerakan melayu dan terdapat pula satu properti yang digunakan yaitu ketipung/kopak.Penggunaan pola lantai pada tari Linggang Meugantoe beragam-ragam mulai dari pola lurus, lingkaran dan sebagainya.Tari ini memiliki gerakan-gerakan yang lincah dan energik, begitu pula dengan tempo gerakan, ada yang lambat maupun cepat. Syair yang terdapat dalam tari ini hanya beberapa bait yang dinyanyikan oleh suara vokal dari seorang pemusik dan kemudian di sambut oleh para penari. Sedangkan untuk alat musik yang digunakan yaitu beberapa alat musik tradisional seperti gimbe, rapa’I, gendang dan serunee kalee.Busana yang dikenakan dalam tari Linggang Meugantoe tidak lepas dari pakaian tradisional Aceh yaitu baju dan celana, sedangkan untuk songket digunakan songket melayu.Sedangkan untuk pentas yang digunakan untuk penampilan tari Linggang Meugantoe adalah pentas Prosenium.Kata Kunci: bentuk penyajian, tari Linggang Meugantoe.
BENTUK PENYAJIAN TARI TRADISIONAL ANDALAS DI KABUPATEN SIMEULUE Citra Dewi Maysarah; Taat Kurnita; Cut Zuriana
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Seni, Drama, Tari & Musik Vol 1, No 3 (2016): AGUSTUS
Publisher : Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Seni, Drama, Tari & Musik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (303.745 KB)

Abstract

ABSTRAKPenelitian ini berjudul “Bentuk Penyajian Tari Tradisional Andalas di Kabupaten Simeulue”. Adapun yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana bentuk penyajian dan makna apa saja yang terkandung dalam setiap gerak tari tradisional Andalas di Kabupaten Simeulue khususnya tari Siram-siram dan tari Perak-perak. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk penyajian dan mengetahui makna yang terkandung dalam tari tradisional Andalas di Kabupaten Simeulue khususnya tari Siram-siram dan tari Perak-perak. Pendekatan yang digunakan dalam penelitin ini adalah pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik observasi (pengamatan), interview (wawancara), dan dokumentasi. Agar hasil penelitian dapat dipercaya, peneliti menggunakan alat bantu berupa buku catatan, kamera foto dan kamera video. Teknik analisis data dilakukan dengan reduksi data, penyajian data, dan verifikasi data. Berdasarkan hasil penelitian, tari tradisional Andalas khususnya tari Siram-siram dan tari Perak-perak disajikan pada saat malam bainai gadang. Tarian ini ditarikan secara berpasangan. Tari Siram-siram memiliki 5 ragam gerakan, 18 jenis pola lantai dan menggunakan sebuah selendang dan sebotol parfum. Tari Perak-perak terdapat 5 ragam gerakan, 9 jenis pola lantai dan menggunakan sebuah selendang dan sebuah saputangan.Kata kunci: Bentuk penyajian, tari Andalas, tari Perak-perak
PROSES PEMBELAJARAN RAPA’I PULOET DI SANGGAR ANEUK NANGGROE SAGOE PADANG TIJI KABUPATEN PIDIE Rahma Dhalina; Taat Kurnita; Cut Zuriana
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Seni, Drama, Tari & Musik Vol 2, No 1 (2017): FEBRUARI
Publisher : Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Seni, Drama, Tari & Musik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (796.578 KB)

Abstract

ABSTRAK             Penelitian ini berjudul “Proses Pembelajaran Rapai’ Puloet di Sanggar Aneuk Nanggroe Sagoe Padang Tiji Kabupaten Pidie” mengangkat masalah Bagaimana proses pembelajaran Rapa’i Puloet di sanggar Aneuk Nanggroe Sagoe Padang Tiji Kabupaten Pidie. Penelitian ini bertujuan Untuk mendeskripsikan proses pembelajaran Rapa’i Puloet di sanggar Aneuk Nanggroe Sagoe Padang Tiji Kabupaten Pidie. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Subjek dalam penelitian ini ialah pelatih musik Rapa’i Puloet dan pemain musik Rapa’i Puloet di Sanggar Aneuk Nanggroe Sagoe Padang Tiji Kabupaten Pidie. Objek penelitian ini adalah proses Pembelajaran Rapa’i Puloet. Pengumpulan data digunakan dengan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi, teknik analisis data dengan mereduksi, display, dan verifikasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Proses Pembelajaran Rapai’ Puloet Di Sanggar Aneuk Nanggroe Sagoe Padang Tiji Kabupaten Pidie berlangsung melalui beberapa proses yaitu dengan pelatih membuka pelajaran atau latihan, kemudian membahas dan mengulang pelajaran tentang  Rapa’i Puloet, selanjutnya pelatih membimbing peserta didik melakukan pemanasan, kemudian pelatih memasuki pembelajaran Rapa’i Puloet dalam setiap ragam gerak dan pukulan musik pada setiap pertemuan, dan akhir latihan pelatih melalukan evaluasi pada setiap ragam gerak dan pukulan yang diajarkan kemudian pelatih menutup pertemuan dengan salam.  Pada kegiatan pembelajaran, pelatih menggunakan cara latihan dan praktek untuk mempermudah peserta didik menghafal gerak yang diberikan. Karena setelah mengajakan beberapa gerak dan pukulan pada peserta didik, selanjutnya pelatih menyuruh satu persatu untuk mengulangnya, sehingga pelatih dapat lebih mudah memantau peserta didik yang belum mahir. Faktor- faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran Rapa’i Puloet terdapat dari dalam diri peserta didik yakni kecerdasan, bakat, minat dan perhatian, serta memotivasi. Selanjutnya faktor dari luar diri peserta didik yakni keadaan keluarga, keadaan sekolah dan lingkungan masyarakat.Kata kunci: proses pembelajaran, Rapa’i Puloet, Faktor.